PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA.




PANDANGAN ISLAM TERHADAP HARTA.
Serial Kecerdasan Finansial; Artikel ke 18.

Oleh : M. Sofwan Jauhari M.Ag.
Dosen STIU Dirosat Islamiyah Al-Hikmah.

Ada pandangan yang sedikit berbeda mengenai harta. Sebagian besar orang memandang positif terhadap harta, namun ada sebagian kecil yang bepandangan bahwa harta itu adalah merupakan sesuatu yang negative. Dua pandangan yg berbeda ini barangkali muncul dari pemahaman yang berbeda terhadap ayat-ayat Al-Quran maupun hadits-hadits nabi tentang harta.

Diantaranya adalah firman Allah swt :
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (28)} [الأنفال: 28]
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS Al-Anfaal (8):28.

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15) } [التغابن: 15، 16]
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar. QS AT-Taghabun (64):15.

Dari ayat ini sebagian orang memandang bahwa harta adalah merupakan fitnah yang sebaiknya dihindari, seorang muslim tidak boleh banyak berhubungan dengan urusan harta, tidak boleh terlalu sibuk mencari dan mengumpulkan harta karena dia merupakan fitnah yang berbahaya. Hidup miskin lebih baik daripada kaya harta.Wallahu a’lam, bagaimana kelompok ini memandang anak-anak mereka sendiri, apakah mereka menganggap anak-anak mereka sebagai fitnah ataukah karunia Allah swt??.

Saya sendiri memilih untuk mengikuti pendapat ulama’ yg berpendapat bahwa, harta dan anak bisa menjadi fitnah namun juga bisa menjadi anugerah, bisa positif bisa negative, bergantung kondisinya. Anak yang soleh adalah anugerah dari Allah swt yang kita idamkan, dia adalah permata hati yang menjadi dambaan setiap muslim, namun sebaliknya, anak yang tidak baik apalagi yang tidak beriman kepada Allah adalah merupakan fitnah besar. 

Begitu pula dengan harta, harta yg halal dan barokah menurut saya adalah rizki atau anugrah yg harus disyukuri. Harta yang barokah adalah harta yang menjadikan kita bersyukur, makin dekat dan cinta kepada Allah swt. Harta yang barokah adalah harta yang sudah kita keluarkan zakatnya dan selebihnya kita pergunakan untuk hal-hal yang positif. 

Adapun harta yang menjadikan seseorang lupa diri, makin banyak dosa dan maksiat, meninggalkan perintah agama dan makin jauh kepada Allah, makin sombong atau takabbur maka ini adalah fitnah yang harus kita hindari. Dengan bahasa sederhana kalau harta menjadikan kita seperti Abu bakar maka itu adalah positif, tetapi kalau harta menjadikan kita seperti Abu Jahal atau Qarun maka itu adalah negative.

Terkait dengan harta yg positif, rasulullah saw bersabda :

فقد قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فيما رواه الإمام أحمد في "مسنده " (17763) من حديث عمرو بن العاص رفعه "نعم المال الصالح للرجل الصالح" وإسناده صحيح.
Rasul bersabda : Sebaik baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang yang soleh.
HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan sohih Ibnu Hibban 8/6) Dijelaskan bahwa hadits ini adalah sohih

Saya memahami dari hadits ini, bahwa sebaiknya kekayaan di muka bumi ini hanya dikuasai oleh orang-orang soleh, sehingga harta itu akan digunakan untuk hal-hal yang positif seperti membangun masjid, membangun panti anak yatim, memberikan bea pendidikan buat orang-orang yang menghafal Al-Quran, untuk beaya orang yang berjuang menegakkan agama Allah dsb, orang-orang baik seharusnya menjadi orang kaya sehingga mereka lebih berdaya guna.

Betapa banyak kita lihat orang-orang soleh yang tidak bisa berbuat banyak untuk masyarakat dan lingkungan serta agamanya. Untuk membangun masjid pun susah apalagi untuk membiayai pendidikan anak-anak dalam mengahafal Al-quran, serta membiayai pendidikan yang berkwalitas bagi mereka.

Dalam hadits yang sudah sangat popular, dijelaskan bahwa iri dan dengki merupakan sesuatu yang negative dan tidak boleh ada pada diri seorang muslin, akan tetapi ada dua hal yang kita boleh “iri” pada orang lain, yaitu seperti yang tersebut dalam hadits di bawah ini :

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً، فَهُوَ يَقْضِي بِهَا، وَيُعَلِّمُهَا النَّاسَ "
Dari Ibnu Mas’ud ra berkata, saya mendengar rasulullah saw bersabda : Tidak ada hasad (iri) kecuali dalam 2 hal, seorang yang telah diberi harta kemudian dia habiskan dalam kebenaran, dan seorang yag diberikan hikmah (ilmu) dan dia menunaikannya serta mengajarkannya kepada manusia.     HR Ahmad. (Musnad Ahmad 6/162).

Hadits ini menjelaskan bahwa harta bisa menjadi hal yang positif, jika digunakan untuk hal yang positif, seperti menegakkan kebenaran dan melakukan kebaikan. Kita tahu bahwa untuk menegakkan kebenaran seperti mengadakan ceramah di masjid pun butuh beaya, apalagi untuk mengumpulkan ribuan orang agar mendengarkan kebenaran lewat media cetak dan elektronik seperti TV. Jika orang-orang saleh tidak menguasai harta dan kekayaan maka seperti yang kita lihat saat ini, acara TV didominasi oleh acara-acara kebathilan. Untuk memerangi kejahatan seperti miras, narkoba dan korupsi juga diperlukan dana yang tidak sedikit.

Intinya, harta akan menjadi fitnah manakala digunakan untuk hal yang negative karena dikuasai oleh orang-orang jahat, dan harta akan menjadi sumber kebaikan jika dimiliki oleh orang-orang yang baik untuk kegiatan yang positif.

Selain hadits ini, ada juga hadits lain yang menjelaskan bahwa harta yang soleh bagi orang soleh akan menjad 1 dari 3 sumber pensiunan pahala atau “ the real passive income”, karena ketika seseorang sudah wafat dan berada dalam kuburnya, dia masih bisa mendapatkan tambahan pahala . Sabda nabi :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ، انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ صَدَقَةٍ تَجْرِي لَهُ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ "
[تعليق المحقق] إسناده صحيح
Dari Abu Hurairah ra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR Ad-Darimi dan tirmidzi.   (Sunan Darimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53.. Sanadnya sohih.)

Maksudnya, bahwa seseorang yang telah meninggal dunia, dia tidak bisa lagi melakukan amal soleh, pahalanya sudah tidak bisa bertambah lagi karena dia sudah tidak bisa beramal atau berbuat baik, namun ada 3 amal atau perbuatan yang pahalanya masih mengalir terus, pelakunya masih mendapatkan tambahan pahala walaupun sudah berada di dalam kuburnya yaitu: (1) ilmu yang bermanfaat, misalnya para ulama’ yang mengumpulkan hadits nabi menjadi kitab-kitab yang sangat berguna seperti Imam bukhori, imam Muslim, Imam Nawawi dll, (2) wakaf atau sedekah jariyah seperti membangun masjid, pesantren, sekolah islam, lembaga pendidikan islam lain seperti TPA, pesantren dan majlis ta’lim, tempat wudlu untuk umum, asrama santri, panti asuhan dll, manakala gedung yang kita bangun masih berdiri dan memberikan manfaat kepada masyarakat maka pahala kita akan terus bertambah. Dan (3) adalah anak soleh yang mendoakan kepada orang tuanya.

Semoga Allah swt memberikan semua itu kepada kita, dan semoga Allah memberikan rezeki yang banyak, halal dan barokah kepada semua yang membaca artikel ini. Aamin.

@ http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/kecerdasan-finansial/175-pandangan-islam-terhadap-harta

No comments:

Post a Comment