Mana yang lebih baik di sisi Allah swt,
Si Kaya yang bersyukur atau si Miskin yang Sabar?
Oleh: HM. Sofwan Jauhari, Lc., M.Ag
Hampir semua orang ingin kaya tetapi tidak semua orang berpendapat bahwa orang kaya lebih baik dari orang miskin. Ada sekelompok kecil orang yang mengaku dirinya sebagai orang-orang zuhud atau sufi yang tidak ingin sibuk dengan urusan dunia, tidak ingin memiliki harta yang berlimpah, karena itulah sebagian mereka lebih suka hidup miskin dan bersabar dengan kemiskinannya daripada menjadi orang kaya.
Dalam khazanah ke-islaman, ada banyak hadits yang membicarakan tentang orang kaya dan orang miskin. Sebenarnya mana yang lebih baik di sisi Allah , orang kaya atau orang miskin, mari kita pelajari beberapa hadits yang terkait dengan hal ini.
مسند أحمد ط الرسالة (3/ 506)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ، وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ "
Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah saw bersabda : Diperlihatkan kepadaku surga maka saya melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir. Dan saya melihat neraka maka saya melihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah wanita. (HR Ahmad).
Hadits ini menyatakan bahwa kebanyakan penduduk surga adalah orang miskin, sehingga banyak yang memahami bahwa orang miskin lebih baik daripada orang kaya. Sekarang ijinkansaya bertanya kepada anda, apakah ada dalil yang menyatakan bahwa kebanyakan penduduk neraka adalah orang kaya?
Dalam Al-Quran Surat Al-Waqiah dijelaskan bahwa manusia dibagi menjadi 3 golongan, salah satunya adalah golongan kiri yang menjadi menghuni neraka, pada salah satu ayat disebutkan bahwa ketika di dunia mereka adalah orang-orang yang kaya. Imam Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut yang dicela bukanlah kekayaannya, mereka masuk neraka bukan karena mereka kaya, tetapi yang dicela dan menjadikan mereka masuk neraka adalah karena mereka itu sudah diberikan kekayaan yang berlimpah tetapi tidak bisa mensyukuri kekayaannya, sudah kaya masih saja melakukan dosa besar (syirik) dan tidak percaya kepada hari kebangkitan. Ayat yang menjelaskan hal ini adalah firman Allah swt dalam Surat Alwaqi’ah:
وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ (41) فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ (42) وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ (43) لَا بَارِدٍ وَلَا كَرِيمٍ (44) إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ (45) وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ (46) وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (47)} [الواقعة: 41 - 47]
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri? Mereka berada dalam siksaan yang panas dan air panas yang mendidih. Dan dalam naungan asap yang hitam.Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesunguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewahan, dan mereka terus menerus mengerjakan dosa, dan mereka selalau mengatakan : Apakah apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kami akan dibangkitkankembali? ; (QS Al-Waqiah 56 :41-47.)
Kembali kita kaji hadits di atas, coba kita cermati dengan melakukan perbandingan : Kalau di surga kebanyakan penduduknya adalah orang miskin bagaimana dengan di neraka, siapakah yang lebih banyak di neraka, orang kaya atau orang miskin? Hehe siapa ya?? saya sendiri tidak tahu jawabannya secara pasti.
Kalau pertanyaannya dilanjutkan, masalah pria dan wanita, dalam hadits dijelaskan bahwa di neraka kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita, bagaimana dengan surga?? siapakahyang lebih banyak, pria atau wanita?
Saya pribadi berpendapat, walaupun hadits ini menjelaskan kebanyakan penduduk neraka adalah wanita, hadits ini tidak menjelaskan bahwa kebanyakan penduduk surga adalah kaum pria. Yang saya ketahui adalah bahwa surga didominasi kaum wanita, karena setiap pria yang di surga akan mendapat istri lebih dari satu. ada hadits lain yang menjelaskan bahwa setiap satu laki akan mendapat istri sampai 70 orang bidadari. Jadi, surga maupun neraka kebanyakan pendudukanya adalah wanita. Wallahu a’lam bish shawab.
Kesimpulannya: Dari hadits tersebut, dapat kita jelaskan bahwa bahwa kalau di surga banyak orang miskin bukan berarti di neraka banyak orang kaya, kalau di neraka banyak kaum wanita bukan berarti di surga lebih banyak kaum pria. Boleh jadi surga dan neraka akan dipenuhi dengan wanita, dan boleh jadi surga dan neraka juga akan dipenuhi dengan orang miskin, hadits ini tidak berarti Islam memerintahkan agar kita hidup miskin tetapi memerintahkan agar kita tidak menghina orang msikin, dan memberikan kepedulian terhadap orang miskin. Sebagaimana hadits ini juga tidak bermaksud merendahkan kaum wanita, tetapi hadits ini mengajarkan agar kita peduli dengan kaum wanita.
Selain hadits tersebut masih hadits yang menjadi pertimbangan sebagian orang yang berpendapat bahwa orang miskin yang sabar lebih daripada orang kaya. Antara lain adalah hadits yang menjelaskan bahwa orang-orang fakir miskin dari muhajirin akan lebih dahulu masuk ke surga (lihat Sohih Muslim hadits ke 2979) dan Doa Rasulullah saw yg artinya : Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan wafatkanlah aku dalam keadaan menjadi orang miskin, dan bangkitkanlah aku dari kubur bersama kelompok orang-orang miskin. (lihat Sunan Ibnu Majah hadits ke 4126.)
Jawaban saya, bahwa hadits kedua menurut saya bukan merupakan harga mati yang bersifat mutlak, tetapi mungkin adalah min babil ghoolib. Artinya umumnya memang begitu, orang miskin akan masuk surga lebih dahulu daripada orang kaya jika tingkat ketakwaannya sama. Orang muhajirin yg miskin akan masuk surga lebih dulu jika dibanding orang muhajirin yang kaya. Adapun jika tingkat ketakwaannya berbeda, pasti orang yang lebih bertakwa akan lebih dahulu masuk surga, bukankah Al-quran menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang itu tergantung ketakwaannya? (QS 49:13) bukan terletak pada hartanya, bukan karena kayanya atau miskinnya. Kita-kita yang lebih miskin di banding Abu Bakar, Utsman dan Abdur Rahman bin Auf apakah akan dapat mendahului mereka untuk masuk surga??
Hadits ke tiga, (tentang doa nabi), kalau saya baca penjelasannya dari ahli hadits seperti dari Syekh Fuad Abdul Baqi, beliau menjelaskan bahwa miskin dalam hadits/doa ini maksudnya adalah berasal dari kata maskanah , yang berarti khusyu (tenang) atau tawadlu’ (rendah hati). Artinya hadits ini bukan berarti rasulullah saw ingin memotifasi ummatnya untuk menjadi miskin, tetapi hendaknya kita berakhlak yang mulia seperti kebanyakan orang miskin, yaitutawadlu, rendah hati, tenang dan tidak sombong.
Selanjutnya, hadits kedua yang perlu kita cermati sebagai pembanding pendapat yang pertamaadalah hadits-hadits yang menjelaskan kelebihan orang kaya, antara lain hadits berikut ini :
صحيح مسلم (1/ 416)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ - أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى، وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ، فَقَالَ: «وَمَا ذَاكَ؟» قَالُوا: يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ، وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ، فَقَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ؟ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ» قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولُ اللهِ قَالَ: «تُسَبِّحُونَ، وَتُكَبِّرُونَ، وَتَحْمَدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً» قَالَ أَبُو صَالِحٍ: فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ، فَقَالَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ»
Orang-orang fakir muhajirin datang kepada rasul dan berkata: Ya Rasul, orang-orang kaya itu enak ya, mendapat derajat yang tinggi dan nikmat yang menjadikan mereka kekal disurga. Rasul bertanya: Kenapa? Mereka menjawab: Mereka shalat seperti kita, mereka juga shaum seperti kita, tapi mereka bisa bersedekah sedangkan kita tidak bisa.Kemudian rasul mengajarkan kepada mereka untuk membaca subhanallah, Alhamdulillah dan allahu akbar masing-masing 33x tiap habis shalat, karena tidak ada orang yang lebih baik kecuali orang itu mengamalkannya lebih banyak. Pada waktu berikutnya orang-orang fakir itu dating kembali kepada rasul, mengadu karena bacaan yang diajarkan oleh rasulullah saw juga diamalkan oleh orang –orang kaya, maka rasulpun menjawab: Itu adalah karunia Allah swt yang diberikan kepada hambaNya yang dikehendaki.
Hadits ini menjelaskan bahwa orang kaya berpeluang untuk mendapatkan pahala lebih banyak dibanding orang miskin. Orang kaya berpeluang menjadi orang yang lebih mulia di sisi Allah karena lebih banyak peluang untuk berbuat baik. Dengan kata lain bahwa orang kaya lebih baik dari orang miskin, tetapi tidak secara mutlak. Posisi orang kaya akan dianggap lebih baik dibanding orang miskin jika –wallahu a’lam- memiliki tingkat ketakwaan yang sama. Orang saleh yang kaya akan lebih bermanfaat dibanding orang saleh yang miskin. Statemen ini diperkuat dengan hadits nabi berikut ini :
صحيح ابن حبان - محققا (8/ 6)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَمْرُو نِعْمَ المال الصالح مع الرجل الصالح" (2)
Rasul bersabda : Wahai Amru bin Ash, Sebaik-baik harta yang saleh adalah jika dimiliki oleh orang yang saleh. HR Ibnu Hibban.
Jadi, idealnya orang saleh itu harus kaya, orang kaya itu harus saleh. Kalau orang kaya yang saleh maka akan makin banyak kebajikan yang bisa kita wujudkan di dunia ini. Jika orang-orang saleh itu miskin, maka kebaikan yang bisa dilakukan tidak sebanyak jika mereka adalah orang kaya.
Untuk memperkuat pendapat saya ini, saya membuat beberapa pertanyaan kepada anda: Jika dibandingkan dengan sahabat nabi seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf, siapakah yang lebih kaya, anda atau beliau-beliau? Siapakah yang akan masuk surga lebih dahulu, apakah anda atau beliau-beliau para sahabat nabi yg terbaik? Apakah beliau-beliau itu termasuk orang miskin yang masuk surga lebih dulu, atau mereka adalah orang-orang yang sangat kaya tapi masuk surga lebih dahulu?
Kesimpulan saya: Kaya dan miskin tidak menjadi ukuran satu-satunya yang berlaku secara mutlak mengenai mana yang lebih dahulu masuk surga, tetapi orang kaya berpeluang masuk ke surge lebih dahulu jika tingkat kesalehannya sama dengan orang miskin yang saleh. Artinya jika ada satu orang yang sama salehnya, yang pertama saleh dan kaya, yang kedua saleh dan miskin maka saya lebih senang kepada orang yang pertama. Karena itulah, sebelum anada menjadi kaya, anda harus menjadi saleh terlebih dahulu agar ketika anda kaya, kekayaan anada akan membawa keberkahan bagi orang lain. Jika ada orang saleh, doakan agar dia kaya supaya kebaikan yang dilakukan lebih banyak lagi. Walahu a’lam bish shawab.
Ahmad bin Hanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy-syaibani (wafat 241 H), Musnadul Imami Ahamd bin Hanbal, editor: Syuaib al-arnauth dkk, Muassasah Ar-Risaalah, Cet I, 1421 H/ 2001 M, Vol III, hal 506.
Ar-Razi, Fakhruddin Ar-Razi, bu Abdillah Muhammad bin Umar bin Hasan (Wafat 606 H), Tafsir Ar-Razi, Mafatihil Ghoib-Attafssirul kabiir, Daru Ihyait turaats al-arabiy, Beirut, Cet III, 1420 H, Juz 29 hal 411 (Tafsir Surat Al-Waqi’ah).